Laporan Payakumbuh – Di balik prestasi akademik yang diraih seorang siswi SMPN 1 Situjuah, terdapat kisah penuh haru sekaligus inspiratif. Zahira, siswi berusia 14 tahun, kini tengah menjadi sorotan publik setelah keberaniannya memperjuangkan sang ibu yang terancam dideportasi akibat persoalan administrasi kependudukan.
Siswi Cerdas dengan Segudang Prestasi
Zahira dikenal sebagai siswi berprestasi di sekolahnya. Ia kerap menjuarai lomba cerdas cermat, olimpiade sains tingkat kabupaten, serta aktif dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Guru-gurunya menyebut Zahira sebagai anak yang tekun, disiplin, dan memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan sekitar.
“Dia bukan hanya pintar di kelas, tapi juga punya empati luar biasa. Kami semua bangga melihat perjuangannya, meskipun masih begitu muda,” ujar Kepala SMPN 1 Situjuah.
Ibu Terancam Dideportasi
Ketenangan hidup Zahira terguncang ketika ibunya, seorang perempuan yang sudah puluhan tahun tinggal di Sumatera Barat, terancam dideportasi karena persoalan dokumen keimigrasian. Sang ibu dituduh tidak melengkapi izin tinggal sesuai aturan, meski faktanya ia telah lama beradaptasi dan berkontribusi di lingkungan masyarakat.
Bagi Zahira, ancaman tersebut bukan hanya soal hukum, tetapi juga tentang keberlangsungan keluarganya. “Saya tidak bisa membayangkan hidup tanpa ibu di sisi saya. Dia adalah segalanya bagi saya,” ungkap Zahira dengan mata berkaca-kaca.

Baca juga: Sejarah Baru, Payakumbuh di Bawah Wako Zulmaeta Sukses Gelar Indonesia’s Horse Racing Cup II
Suara Zahira Menggema di Media Sosial
Perjuangan Zahira tak berhenti di rumah. Ia menulis surat terbuka yang kemudian diunggah ke media sosial oleh teman-temannya. Dalam surat itu, Zahira memohon agar pemerintah memberi kebijaksanaan kepada ibunya.
Tulisan sederhana namun penuh ketulusan itu viral, mendapat simpati ribuan warganet, bahkan menarik perhatian aktivis perempuan dan anak di Sumatera Barat. “Kisah Zahira adalah cermin bahwa aturan bisa berdampak besar pada kehidupan anak-anak. Kita perlu mencari solusi yang manusiawi,” ujar salah satu aktivis.
Dukungan Sekolah dan Masyarakat
Pihak sekolah bersama masyarakat Situjuah turut memberikan dukungan. Para guru, teman-teman sekelas, hingga tokoh nagari berkumpul untuk menyuarakan harapan agar deportasi dibatalkan. Mereka menganggap ibu Zahira sudah menjadi bagian dari kehidupan sosial di daerah tersebut.
“Kami siap membuat surat pernyataan bersama untuk mendukung keluarga Zahira. Beliau bukan orang asing bagi kami, melainkan bagian dari masyarakat,” tegas seorang tokoh masyarakat.
Harapan di Tengah Ketidakpastian
Meski proses hukum dan administrasi masih berjalan, Zahira tidak berhenti berjuang. Ia tetap berusaha menjaga prestasinya di sekolah sembari mendampingi ibunya menghadapi situasi sulit ini.
“Saya hanya ingin ibu tetap di sini, agar kami bisa hidup bersama seperti keluarga lainnya,” kata Zahira lirih.
Kisah perjuangan siswi SMPN 1 Situjuah ini kini menjadi perhatian banyak pihak. Bagi masyarakat, Zahira bukan hanya siswi berprestasi, melainkan simbol keteguhan hati seorang anak yang berani melawan ketidakadilan demi mempertahankan keluarganya.