Laporan Payakumbuh – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali menuai sorotan setelah sejumlah siswa di SMKN 3 Payakumbuh menemukan ulat dalam sayuran yang disajikan pada paket makan siang, Jumat (13/9/2025). Temuan tersebut memicu keluhan dari siswa dan orang tua, sekaligus menambah daftar panjang persoalan kualitas penyelenggaraan MBG di berbagai daerah.
Kronologi Kejadian
Insiden bermula ketika beberapa siswa membuka paket makan siang yang berisi nasi, lauk ayam, dan sayur rebus. Saat hendak menyantap sayuran, seorang siswa melihat ulat kecil masih menempel di daun sayur. Temuan itu segera menyebar di antara siswa lainnya dan memicu keributan kecil di kantin sekolah.
“Kami kaget, karena ulatnya masih hidup. Untung belum dimakan,” ujar salah seorang siswa yang enggan disebutkan namanya.
Keluhan dari Orang Tua
Kabar mengenai ulat dalam paket makanan cepat sampai ke telinga orang tua. Banyak yang menyampaikan kekecewaan karena khawatir kualitas kebersihan makanan MBG tidak diawasi dengan baik.
“Program ini tujuannya bagus, tapi kalau kualitas makanan seperti ini jelas merugikan anak-anak. Jangan sampai kesehatan siswa jadi taruhannya,” kata Fitri, salah seorang wali murid.

Pihak Sekolah Beri Penjelasan
Kepala SMKN 3 Payakumbuh, [nama kepala sekolah], mengakui adanya laporan siswa terkait temuan ulat dalam makanan. Ia menyebut pihak sekolah segera berkoordinasi dengan penyedia katering MBG untuk meminta klarifikasi dan evaluasi.
“Kami sudah minta agar penyedia makanan lebih ketat dalam proses sortir dan kebersihan bahan baku. Ini menjadi catatan serius,” ujarnya.
Tanggapan Dinas Pendidikan
Menanggapi insiden tersebut, Dinas Pendidikan Sumatera Barat memastikan akan turun langsung melakukan pemeriksaan terhadap penyedia makanan MBG di Payakumbuh.
“Kami tidak ingin kejadian serupa terulang. Pengawasan akan diperketat, termasuk kemungkinan mengganti penyedia makanan jika terbukti lalai,” kata perwakilan Dinas Pendidikan.
Polemik Lama MBG
Insiden di Payakumbuh ini menambah deretan masalah dalam pelaksanaan program MBG. Sebelumnya, berbagai keluhan muncul, mulai dari rasa makanan yang kurang enak, penyajian yang tidak higienis, hingga dugaan praktik nepotisme dalam penunjukan penyedia jasa dapur MBG.
Pengamat pendidikan menilai, tanpa pengawasan ketat, program MBG yang seharusnya menyehatkan justru bisa menjadi masalah baru di dunia pendidikan.
Harapan Perbaikan
Meski kecewa, orang tua siswa tetap berharap program MBG tidak dihentikan, melainkan dibenahi. “Program ini membantu banyak anak, terutama yang ekonominya pas-pasan. Tapi kualitas dan kebersihan harus nomor satu,” kata salah seorang wali murid.





